Minggu, 09 Oktober 2011

Legenda Pangeran Banjaransari

Di kisahkan setelah tahta Kerajaan Majapahit runtuh karena serbuan bala tentara Kerajaan Demak, Sebagian besar para pembesar kraton melarikan diri ke berbagai daerah untuk menyelamatkan diri. Dengan  menyamar seperti rakyat jelata, mereka berlari menyelamatkan diri agar identitas mereka tidak diketahui oleh bala tentara Kerajaan Demak. Untuk menghindari kejaran musuh, mereka sering keluar masuk hutan, menyeberangi sungai yang besar sampai mendaki gunung untuk menyelamatkan diri melakukan pengembaraan tak tentu arah.
Di antara para pembesar Kerajaan Majapahit  yang melakukan pengembaraan itu, ada yang telah sampai di Pegunungan Seribu ( daerah diperbatasan Jawa Tengah dan DIY), Namanya Jaka Balora. Jaka Balora adalah seorang pemuda yang gagah dan sakti dengan menguasai beberapa ajian dan ilmu kesaktian Majapahit.
Pada saat pengembaraannya, tibalah Jaka Balora pada sebuah lereng Gunung Taruwangsa.
Puncak Gunung Taruwangsa
Dalam pandangan Jaka Balora, Gunung didepannya mempunyai kekuatan aneh yang membuat perasaan ingin tahu Jaka Balora tertantang untuk mengetahuinya. Maka dengan sikap hati-hati Jaka Balora melangkah mendaki gunung tersebut. Belum sejengkal melangkah Jaka Balora dikejutkan dengan serangan hebat dari sekelompok bangsa jin penunggu gunung Taruwangsa. dengan segera Jaka Balora mengerahkan kesaktiannya untuk menangkis serangan bangsa jin dengan membungkus diri dengan himpunan tenaga sakti, hingga tak satupun serangan bangsa jin itu berhasil menyentuh tubuhnya. Dengan kesaktian Jaka Balora tersebut, bangsa jin  yang jumlahnya ratusan tersebut sangatlah tidak sepadan dengan kesaktian Jaka Balora. Namun bangsa jin tersebut bukannya berhenti untuk menyerang, hingga Jaka Balora dengan segenap kemampuannya ingin segera menghentikan pertempuran ini. Mendadak, dari tubuh Pangeran Jaka Balora keluar pusaran angin yang sangat dahsyat. Pusaran angin yang keluar dari tubuh Pangeran Jaka Balora yang  seperti angin puyuh tersebuat membuat  pohon-pohon bertumbangan dan batu-batu tebing berhamburan hingga membuat ratusan bangsa jin terhempas kemana-mana. Pemimpin bangsa jin akhirnya mengakui kesaktian Pangeran Jaka Balora dan pergi dari gunung itu. Maka sejak itu, Jaka Balora berkeinginan menetap di puncak Gunung Taruwangsa itu.
Ki Ageng Sutawijaya atau Ki Ageng Majastan yang tinggal di puncak gunung Majasto mendengar bahwa di Gunung Taruwangsa sekarang tidak angker lagi berkeinginan untuk mengetahui kebenaran cerita itu dengan datang sendiri ke Gunung Taruwangsa. Sesampai sampai di lereng Gunung Taruwangsa, Ki Ageng merasa kehausan dan ingin meminum buah kelapa yang banyak tumbuh dilereng itu. Ki Ageng Majastan yang sakti itu melemparkan sabitnya ke atas dan ada beberapa buah kelapa jatuh di dekat Ki Ageng Majastan. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Ki Ageng Majastan ," Apabila  bapak masih haus, bapak bisa  memilih buah kelapa muda yang masih segar di sini ", terdengar suara itu. Tiba-tiba saja pohon kelapa itu menunduk didepan Ki Ageng Majastan. Ki Ageng Majastan itu pun tak kuasa menolak dan memilih beberapa buah kelapa muda segar. Ki Ageng Majastan sangat kagum terhadap kesaktian pemuda didepannya itu maka dengan serta merta Ki Ageng Majastan mengajak berkenalan. Dari perkenalan itu diketahui bahwa ternyata mereka adalah sama-sama keturunan Majapahit. Ki Ageng Majastan sangat senang, begitu pula Pangeran Jaka Balora. Untuk mempererat persaudaraan keduanya, Ki Ageng Majastan berkehendak untuk menikahkan Jaka Balora dengan salah satu putrinya.
Hari pun berganti, tibalah musim penghujan kini tiba saatnya untuk bertanam padi. Bertani adalah pekerjaan utama  bagi masyarakat di sekitar Gunung Majasto tempat Ki Ageng Majastan tinggal. Ki Ageng Majastan yang  telah tua itu bersedih. Ki Ageng tak mampu lagi untuk mengerjakan sawah yang sangat luas itu. Di tengah kesedihannya ia berguman menyesalkan pada Jaka Balora yang tak datang membantunya. " Orang tua kesulitan mengerjakan sawah kok anakku bersenang-senang di puncak gunung ", begitu guman Ki Ageng. Anehnya, guman Ki Ageng yang tak terdengar oleh oarang disekitarnya itu terdengar jelas oleh Jaka Balora di puncak gunung taruwangsa. Maka dengan mengerahkan kesaktiannya Jaka Balora diam-diam datang ke Majasta untuk menegerjakan sawah seorang diri, menjadi tanah banjaran yang siap di tanamai.
Areal Persawahan di kaki gunung
Alangkah terkejutnya Ki Ageng Majastan melihat sawahnya telah siap ditanami ketika bersama warga desa datang ke sawah. Kemudian ia berkata," Hanya satu orang di sekitar sini yang bisa melakukan pekerjaan menakjubkan ini, dialah menantuku Jaka Balora. Wahai warga desaku, jadilah saksi bahwa Jaka Balora menantuku sekarang bernama BanjaranSari. Maka sejak saat itu Pangeran Jaka Balora di kenal dengan sebutan Ki Ageng Banjarasari sampai akhir hayatnya dan di makamkan di puncak Gunung Taruwangsa

0 komentar: