Di antara para pembesar Kerajaan Majapahit yang melakukan pengembaraan itu, ada yang telah sampai di Pegunungan Seribu ( daerah diperbatasan Jawa Tengah dan DIY), Namanya Jaka Balora. Jaka Balora adalah seorang pemuda yang gagah dan sakti dengan menguasai beberapa ajian dan ilmu kesaktian Majapahit.
Pada saat pengembaraannya, tibalah Jaka Balora pada sebuah lereng Gunung Taruwangsa.
Puncak Gunung Taruwangsa |
Ki Ageng Sutawijaya atau Ki Ageng Majastan yang tinggal di puncak gunung Majasto mendengar bahwa di Gunung Taruwangsa sekarang tidak angker lagi berkeinginan untuk mengetahui kebenaran cerita itu dengan datang sendiri ke Gunung Taruwangsa. Sesampai sampai di lereng Gunung Taruwangsa, Ki Ageng merasa kehausan dan ingin meminum buah kelapa yang banyak tumbuh dilereng itu. Ki Ageng Majastan yang sakti itu melemparkan sabitnya ke atas dan ada beberapa buah kelapa jatuh di dekat Ki Ageng Majastan. Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Ki Ageng Majastan ," Apabila bapak masih haus, bapak bisa memilih buah kelapa muda yang masih segar di sini ", terdengar suara itu. Tiba-tiba saja pohon kelapa itu menunduk didepan Ki Ageng Majastan. Ki Ageng Majastan itu pun tak kuasa menolak dan memilih beberapa buah kelapa muda segar. Ki Ageng Majastan sangat kagum terhadap kesaktian pemuda didepannya itu maka dengan serta merta Ki Ageng Majastan mengajak berkenalan. Dari perkenalan itu diketahui bahwa ternyata mereka adalah sama-sama keturunan Majapahit. Ki Ageng Majastan sangat senang, begitu pula Pangeran Jaka Balora. Untuk mempererat persaudaraan keduanya, Ki Ageng Majastan berkehendak untuk menikahkan Jaka Balora dengan salah satu putrinya.
Hari pun berganti, tibalah musim penghujan kini tiba saatnya untuk bertanam padi. Bertani adalah pekerjaan utama bagi masyarakat di sekitar Gunung Majasto tempat Ki Ageng Majastan tinggal. Ki Ageng Majastan yang telah tua itu bersedih. Ki Ageng tak mampu lagi untuk mengerjakan sawah yang sangat luas itu. Di tengah kesedihannya ia berguman menyesalkan pada Jaka Balora yang tak datang membantunya. " Orang tua kesulitan mengerjakan sawah kok anakku bersenang-senang di puncak gunung ", begitu guman Ki Ageng. Anehnya, guman Ki Ageng yang tak terdengar oleh oarang disekitarnya itu terdengar jelas oleh Jaka Balora di puncak gunung taruwangsa. Maka dengan mengerahkan kesaktiannya Jaka Balora diam-diam datang ke Majasta untuk menegerjakan sawah seorang diri, menjadi tanah banjaran yang siap di tanamai.
Areal Persawahan di kaki gunung |
0 komentar:
Posting Komentar